Locations of visitors to this page CATATAN PELAJARAN: Ilegal Logging, Indonesia Tak Mencegahnya?

Selasa, 13 Juli 2010

Ilegal Logging, Indonesia Tak Mencegahnya?

legal Logging, Indonesia Tak Mencegahnya?
Diterbitkan Maret 30, 2009 Uncategorized 23 Komentar - komentar
Tag:alabio, danau panggang, illegal logging, indonesia, kab. hulu sungai utara

Author: Suhadi

Apa yang dilakukan pemerintah untuk mencegah illegal logging dan pengrusakan hutan di Indonesia? Hmm… kayaknya belum ada! Memang kita bisa/biasa melihat selama beberapa tahun ini kepolisian melakukan penangkapan terhadap armada-armada (laut, sungai, atau darat) pengangkut kayu log (gelondongan) atau kayu-kayu setengah jadi. Selebihnya, adakah usaha lain yang lebih baik?

Pemerintah sepertinya tidak memperhatikan atau bahkan mengabaikan (?) tindakan pencegahan. Berapa anggaran yang disediakan pemerintah untuk mengawasi hutan-hutan kita di Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Papua, atau pulau-pulau lainnya? Armada apa yang dipergunakan? Helikopter? Lanjutkan membaca ‘Illegal Logging, Indonesia Tak Mencegahnya?’
Setahun suhadinet.wordpress.com (Yuk Ngintip Statistiknya…)
Diterbitkan Maret 27, 2009 Uncategorized 34 Komentar - komentar

Author: Suhadi

Tak terasa, hari ini sudah tanggal 27 Maret 2009. Berarti sudah setahun saya ikut bloging. Banyak manfaat yang telah dipetik, dari ketemu sahabat-sahabat baru hingga sahabat-sahabat lama yang tiba-tiba ketemu lagi di dunia maya-internet.

Sekedar merefleksi perjalanan saya dalam kegiatan yang penuh manfaat ini saya akan perlihatkan bagian dapur saya. Yuk simak beberapa screenshoot yang saya ambil dari dashboard suhadinet…. Lanjutkan membaca ‘Setahun suhadinet.wordpress.com (Yuk Ngintip Statistiknya…)’
Motivasi Belajar—Gunakan Pendekatan Belajar Tuntas (Mastery Learning)
Diterbitkan Maret 26, 2009 Uncategorized 25 Komentar - komentar
Tag:mastery learning, motivasi belajar, motivasi intrinsik, pendekatan belajar tuntas

Author: Suhadi

Mengobarkan motivasi belajar dalam diri siswa (motivasi intrinsik) dapat dilakukan oleh seorang guru yang mempunyai kesabaran. Setiap siswa adalah individu yang unik, yang mempunyai tingkat kemampuan, minat, dan bakat yang berbeda-beda, baik dalam hal intensitas maupun arah. Guru yang mempunyai tingkat kesabaran tinggi akan dapat menunjukkan kepada siswa-siswanya bahwa semua orang mampu mempelajari sesuatu (termasuk materi ajar di kelas), walaupun dengan alokasi waktu dan upaya yang berbeda-beda. Pendekatan belajar tuntas (mastery learning) dapat dilaksanakan dan mempunyai efek meningkatkan motivasi belajar intrinsik. Pendekatan ini mengakui dan mengakomodasi semua siswa yang mempunyai berbagai tingkat kemampuan, minat, dan bakat tadi asal diberikan kondisi-kondisi belajar yang sesuai. Adanya alokasi waktu khusus untuk remedial dan pengayaan dalam penerapan KTSP di sekolah-sekolah memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk menuntaskan belajarnya pada suatu kajian.

masing-masing siswa membutuhkan alokasi waktu dan upaya yang berbeda-beda untuk menguasai suatu materi ajar

masing-masing siswa membutuhkan alokasi waktu dan upaya yang berbeda-beda untuk menguasai suatu materi ajar
Pada pembelajaran yang menggunakan pendekatan belajar tuntas (mastery learning), siswa-siswa yang mengalami kesulitan mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan akan mendapatkan pelajaran tambahan (remedial) agar mereka juga bisa sukses melewati kajian itu. Sedangkan bagi siswa yang berhasil tuntas menguasai kajian tersebut dapat diberikan program pengayaan (enrichment). Satu hal penting yang harus diingat dalam penerapan pendekatan belajar ini adalah: Penggunaan komunikasi yang tepat memegang peranan sangat penting. Ini berkaitan dengan upaya agar siswa yang lamban tidak merasa rendah diri, dan siswa yang cepat menguasai suatu kajian tidak menjadi tinggi hati. Juga, kemungkinan efek bahwa mengulang-ulang suatu kajian dan kebutuhan waktu yang banyak untuk menguasai suatu materi ajar bagi siswa yang lamban sebagai sesuatu yang memalukan harus Lanjutkan membaca ‘Motivasi Belajar—Gunakan Pendekatan Belajar Tuntas (Mastery Learning)’
Jerami 8
Diterbitkan Maret 23, 2009 cerpen 11 Komentar - komentar
Tag:cerbung, cerpen, jerami, novel, sainfiksi, science fiction

Author: Suhadi

Baca dulu ………….Jerami 7

Di Kota Kecamatan Pandan Barambang, di Kantor Polisi Sektor, tampak beberapa orang petugas sedang melayani pengaduan warga. Kegemparan di Desa Sisir Punduk telah mengawali kejadian ini. Seorang anak berumur delapan tahun, bernama Muji telah menghilang. Muji di duga tersesat masuk ke dalam Hutan Beringin yang angker di tepi desa.

Seorang perempuan berumur empatpuluhan, Bu Hasnah dan seorang lelaki, Pak Jarin duduk di kursi berseberangan meja dengan Pak Darto. Perempuan itu tak berhenti-henti menagisi anaknya, Muji. Sang suami berusaha menenangkannya tapi seakan tak berhasil karena hatinyapun tak kalah gundah.
“Jadi kapan Muji terlihat?” tanya Pak Darto sambil mengetik keyboard komputernya.
“Terakhir mereka bermain bola di tepi desa bersama kawan-kawannya kemarin pagi.”
“Teman-temannya tak ada yang tahu ke mana Muji pergi setelah bermain bola?”
“Tidak ada, Pak. Setelah bermain bola mereka pulang. Tak ada yang memperhatikan apakah Muji juga pulang.”
“Yakin anak itu tersesat di dalam Hutan Beringin? Bukannya bermain di sungai atau tempat lainnya setelah bermain bola?”
“Yakin benar sih tidak Pak, cuma yang jelas anak itu tak pernah berani main ke sungai. Ia tak pandai berenang. Dan sudah beberapa kali anak-anak hilang dan tersesat di Hutan Beringin sebelum ini. Kami juga menemukan sandalnya yang tertinggal di sawah itu.” Seorang penduduk lainnya memberikan masukan.

Pak Darto mengetik lagi di keyboardnya.

“Selain Muji, Si Acin yang tinggal di tepian Hutan Beringin juga menghilang Pak. Ia tak pernah lagi muncul. Mungkin penunggu hutan itu sedang marah dengan penduduk, Pak.” Seru salah seorang penduduk yang ikut mengantar ayah dan ibu Muji melapor.

“Jadi selain Muji, ada juga seorang warga yang menghilang. Warga itu bernama Acin?” Tanya Pak Darto sambil mengelus kumis tebalnya.

“Benar, Pak. Acin itu pemuda yang agak terbelakang mental. Pondoknya tak jauh dari tempat anak-anak bermain bola itu.” Sambung sang pelapor lainnya.

“Baiklah. Laporan Bapak-Bapak saya terima. Kita sebaiknya berkoordinasi dengan kepala desa agar dapat membantu mengerahkan warga untuk mencari Muji di hutan itu. Kita perlu banyak orang. Bapak-Bapak pasti maklum kalau kami tak punya cukup orang di kantor polisi ini untuk melakukan pencarian. Bagaimana?”

“Tentu, Pak. Kami sudah berbicara dengan kepala desa, sekarang beliau memang tidak bisa ikut ke sini karena ada urusan keluarga di Amuntai.”

“Bagus! Tapi kita harus bergerak cepat. Kalau benar anak itu tersesat di sana kita harus segera menolongnya.”

Mendengar itu, semua orang manggut-manggut memaklumi. Bisa dibayangkan bagaimana keadaan seorang anak sekecil Muji yang hanya berumur delapan tahun di tengah Hutan Beringin yang angker itu. Si perempuan yang merupakan ibu Muji itu semakin terisak. Beberapa saat saja, orang-orang itu segera meninggalkan tempat itu, selain Pak Darto ada dua orang polisi muda lain yang mengikuti mereka itu melakukan pencarian.

***

Di sebuah rumah kecil yang agak terpencil dari rumah-rumah lainnya karena dikelilingi kebun singkong yang amat luas, seorang perempuan yang dikenal dengan nama Mak Antung sedang mencoba mengobati seorang pasien. Pasien itu adalah seorang anak kecil berumur sekitar sepuluh tahun.
Lanjutkan membaca ‘Jerami 8′
KKG Guru Kelas III di SDN Sarang Burung
Diterbitkan Maret 20, 2009 about me 13 Komentar - komentar

Author: Suhadi

Sepanjang perjalanan dari sekolah menuju acara Kelompok Kerja Guru Kelas III tingkat SD/MI di SDN Sarang Burung Kecamatan Danau Panggang saya melihat awan keperakan menggantung di langit. Di arah utara, awan hitam berarak pelan. Barangkali mau turun hujan lagi. Semilir angin sejuk menemani perjalanan.

Bersama saya, beriringan Pak Khairil Anwar, seorang Fasilitator Pendidikan untuk Proyek Pilot Pendidikan yang bersasaran daerah tertinggal seperti Kecamatan Danau Panggang. Kami sama-sama mengendarai sepeda motor.

“Kita harus lewat jalan memutar, Pak.” Serunya dari arah belakang saya. “Tidak bisa lewat tanggul. Tanahnya becek dan lengket. Sepeda motor bisa amblas di jalan itu.”

Memang, hujan lebat yang turun tadi malam membuat jalan tanggul menuju Desa Sarang Burung yang panjangnya beberapa kilometer itu menjadi becek dan lengket. Saya sendiri sebenarnya belum pernah lewat jalan tanggul. Ini adalah pengalaman pertama kali ke Desa Sarang Burung.

Desa Sarang Burung seperti beberapa desa terpencil lainnya di Danau Panggang, seringkali berada di tengah-tengah rawa. Penduduknya kebanyakan bermatapencaharian sebagai nelayan air tawar. Jumlah penduduknya juga tidak banyak. Sarang Burung boleh jadi merupakan desa pemekaran dari Desa Telaga Mas, yang letaknya agak lebih dekat ke jalan aspal.

KKG guru kelas III tingkat SD/MI selalu menantang. Sebulan yang lalu saya menjadi narasumber di SDN Longkong. Sekolah ini tak jauh beda dengan SDN Sarang Burung, juga terletak di tengah-tengah rawa. Pengalaman yang tak mungkin terlupa saat itu adalah: saya salah mengambil arah waktu mau pulang. Bukannya menuju jalan besar dan keluar dari Desa Longkong, malahan saya mengarahkan sepeda motor menuju ujung desa yang menurut para penduduk akan menuju Desa Manarap. Ada-ada saja.

“Lalu kita lewat mana, Ril?” Saya memang biasa langsung menyebut nama kepada Pak Khairil Anwar. Saya menanggalkan kata ‘Pak’ di depan namanya. Dia lebih senang dipanggil begitu. Mungkin karena umurnya jauh lebih muda dari saya. Beda sepuluh tahunan.

“Lewat Desa Telaga Mas.”

“Jadi kita lewat titian panjang?” tanya saya lagi.

Khairil mengangguk.

Saya tersenyum kecut.

Asal tahu saja, Desa Telaga Mas dihubungkan dari jalan aspal Alabio-Danau Panggang oleh titian dari kayu ulin yang kondisinya rusak parah. Banyak kayu-kayunya yang telah patah. Khairil sendiri, pernah tercebur bersama sepeda motornya. Walhasil, laptopnya rusak dan hpnya hilang. Terjun bebas ke air rawa yang kedalamannya berkisar dari sedada orang dewasa hingga 2 meteran. Peristiwa itu terjadi sekitar setahun yang silam. Belum lagi masalah mengangkat sepeda motor dari dalam rawa, perlu tenaga beberapa orang penduduk dan peralatan seperti tali atau katrol.

Akhirnya kamipun tiba di depan titian panjang dari kayu ulin selebar 160cm. Tanpa pagar. Saya meminta Khairil yang duluan di depan, soalnya dia lebih sering lewat sini. Saya sendiri, beberapa kali pernah lewat di titian ini. Alhamdulillah belum pernah jatuh. Cuma ya itu, sering nahan napas dan jantung jadi deg-degan. Bikin gugup.

Titian yang bikin spot jantung itu

Titian yang bikin spot jantung itu
Khairil melaju. Namun, hanya beberapa saat saja segera melambat karena banyaknya bagian titian yang rusak. Bahkan saya yang di belakangnya harus ekstra hati-hati. Bagaimana tidak. Titian itu benar-benar bikin spot jantung. Beberapa kali saya turun dari sepeda motor membetulkan letak papan-papan yang hampir jatuh karena lepas tercabut pakunya. Lihat saja contohnya di foto berikut. Mata saya hanya tertuju pada papan-papan lantai titian itu. Bolong dan patah di mana-mana. Kadang-kadang ban sepeda motor hanya berjalan di atas gelagar (kayu balok ukuran 5cm x 5cm) penyangga papan. Papan-papannya sendiri telah patah dan lepas. Perjalanan menjadi terasa lama sekali.

Ternyata yang takut-takut melintasi titian itu tak cuma saya. Beberapa ratus meter di depan, saya melihat iring-iringan para guru kelas III peserta KKG. Ibu-ibu guru terpaksa menuntun sepeda motor. Beberapa yang berboncengan juga harus turun. Perjuangan yang luar biasa untuk sebuah kegiatan KKG? Saya pernah mempertanyakan kepada mereka mengapa KKG kadang-kadang diadakan di tempat yang sulit dijangkau. Jawab mereka, “Agar ada pergantian tempat saja. Guru-guru lain biar tau bagaimana kondisi sekolah-sekolah yang terpencil. Biar sekolah-sekolah yang terpencil itu juga mendapat kesempatan didatangi pihak-pihak terkait semacam pengawas, atau orang-orang Dinas Pendidikan.”

Setelah melewati Desa Telaga Mas, kamipun akhirnya memasuki Desa Sarang Burung. Sebuah desa di atas air. Rumah-rumah panggung berjejer di kanan kiri titian. Anak-anak usia sekolah yang tak bersekolah bermain-main di beranda rumah. Rupanya banyak anak yang putus sekolah atau barangkali memang tak pernah sekolah. Penasaran apakah mereka murid kelas I dan II yang sudah pulang sekolah? Saya tengok jam di hp dalam saku celana, saat itu masih jam sembilan pagi. Saya coba berpikir positif, anak-anak itu tentu anak-anak kelas I dan II yang dipulangkan lebih awal karena ruang kelas mereka dipakai untuk kegiatan KKG nanti.

Halaman sekolah berair dan dipenuhi enceng gondok-mereka tak punya lapangan olahraga

Halaman sekolah berair dan dipenuhi enceng gondok-mereka tak punya lapangan olahraga
Sekolah yang dituju akhirnya terlihat juga di depan mata saya. Ada banyak anak-anak berseragam merah putih. Beberapa guru peserta KKG berbincang-bincang dan hamparan enceng gondok di tengah-tengah halaman sekolah yang berbentuk huruf U.

Setelah menunggu beberapa peserta lain akhirnya acara KKGpun dilaksanakan. Semua berjalan lancar seperti yang diharapkan, kecuali para petugas konsumsi yang terjebak di jalan tanggul yang becek dan lengket. Oleh sebab itu, acara makan siang setelah KKG selesai sedikit agak tertunda.

Sesi diskusi pada KKG di SDN Sarang Burung

Sesi diskusi pada KKG di SDN Sarang Burung
Pada perjalanan pulang gerimis menyirami iring-iringan kami: guru-guru SD/MI kelas III, pengawas TK/SD dari UPT Danau Panggang, kawan-kawan dari Pilot Pendidikan, Tim Teknis Pendidikan yang bersepeda motor di atas titian itu.

Pengarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar